Kamis, 02 September 2010

Surat kepada Seorang Sahabat

Kadang aku merasa diriku cukup sial, cukup berantakkan, dan juga cukup menyedihkan. Aku sering berpikiran kalau diriku hanya berjalan seorang diri, tak ada yang memegang tanganku, membelai diriku, memperhatikan diriku. Namun setelahku jalani hidupku sampai umur ku ke 20, saya sering merasa diriku hanya seorang diri laksana bulan tanpa bintang di langit malam nan cerah. Apakah aku hanya seolah-olah sebuah bulan saja??? Apakah ini hanyalah presepsiku aja???

Aku suka menyalahkan kondisi-kondisi diluar diriku. Bagiku akulah yang terbenar dan terbaik. Namun apakah aku memang yang terbaik??? tentu saja tidak. Aku hanya sebuah rembulan yang bercahaya terang di malam hari tetapi terkadang sebuah rembulan juga bisa tertutup awan malam nan tebal. Aku menyadari itu bahwa aku juga masih tak seampurna.

Tetapi sebenarnya aku ini orang yang sungguh beruntung. Memiliki orang tua yang cukup mapan, mereka laksana permata pengabul harapan. sehingga ku tak begitu risau dengan materi, diriku juga memiliki saudara yang cukup menyokong diriku. Mereka laksana matahari yang menyinari rembulan. Memiliki guru-guruku yang baik hati dan penuh kasih yang masih mau mempedulikan diriku, merawat diriku ketika sakit, menasehatiku ketika diriku khilaf dan membantuku dalam segala hal, laksana mereka guru-guruku adalah yang tersempurna dalam segala hal. Memiliki teman-teman yang baik hati. laksana bintang-bintang malam yang menemani rembulan. Tetapi itu semua baru ku sadari setelah ku miliki seorang teman yang cukup menawan. dia laksana bumi yang ku pijak.

Aku selalu murung dalam kesepian, aku selalu terdiam dalam kesepian. tetapi dia selalu menemaniku ketika ku membutuhkannya, laksana sebuah biola yang dapat dimainkan kapan saja ketika ku inginkan. dia selalu mengobati rasa sedihku dalam segala hal, baik dalam masalah internal sampai eksternal, laksana musik-musik yang dimainkan dengan biola yang mengobati rasa sedih tak terhingga jumlah pendengarnya. senyumannya yang menawan mengobati rasa khawatir, laksana biola yang dimainkan dengan tenang dan menawan. ucapan-ucapannya sungguh menginspirasi, laksana musik-musik biola cukup menginspirasi banyak manusia. Tak terkirakan waktu berjalan sungguh lambat, tetapi ketika di dekatmu waktu menjadi cepat dan sungguh cepat laksana mendengar musik-musik biola yang terasa sangat cepat dan singkat. tak melihat waktu, apa itu sibuk atau tidak kamu selalu menghiraukanku, dan mendengar cemohanku, laksana seorang pendengar biola yang dimainkan dalam tempo cepat atau santai tetapi tetap mendengarkan suara tersebut dengan hati yang terbuka.kamu sering mengorbankan waktumu untuk hal di diriku yang tak berguna, laksana pengesek biola yang selalu mengorbankan dirinya untuk digesek-gesek, meski penggesek itu sendiri kemungkinan harus putus.

Mungkin aku cukup egois, hanya memikirkan kenyamanan diriku. tetapi semenjak kehadiranmu aku menjadi banyak berpikir dan merenung, seharusnya aku juga berbuat seperti itu terhadapmu. Menemanimu ketika dirimu kesepian, menyediakan bahuku ketika tidak ada tempat yang dapat menampung air matamu, menyemangati dirimu ketika dirimu terjatuh.mengobati hatimu ketika terluka, memberikan dirimu senyumanku jikalau memang senyumanku berarti bagimu. Kamu ingin membakar waktuku yang sungguh singkat ini??? silakan saja jikalau itu memang yang kamu butuhkan.

kamu sungguhlah sangat berarti bagiku sekarang, sebenarnya dari dulu pertama mengenali dirimu sudah kutemukan perasaan bahwa kamu adalah seseorang teman yang sungguh baik tetapi ku tak menyadarinya. Kamu sungguh seorang teman yang sempurna...

Semoga dirimu dan diriku selalu menjadi teman yang sejati di semua kehidupan-kehidupan ke depan.

Semoga diriku selalu ada untukmu.

Semoga dirimu selalu memberikanku tamparan ketika aku membutuhkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar